Kearifan Lokal Kepri Layak Dilestarikan

NARA-SUMBER-SEMINAR
Para Narasumber Seminar Keagamaan

BATAM,Kepritoday.com : Nilai-nilai Islam dan kearifan lokal di Provinsi Kepri mulai luntur dan pudar, seiring perkembangan globalisasi. Perkembangan globalisasi, dan hadirnya industrialisasi di Kepri, menyebabkan pergeseran terhadap nilai-nilai yang selama ini dipraktekkan masyarakat dan nilai-nilai yang diusung oleh Islam.

Hal inilah yang disampaikan oleh Rizaldy Siregar, Ketua Forum Pemberdayaan Pesantren (FPP) Kepulauan Riau, dalam seminar keagamaan dengan tema “Transformasi Kearifan Lokal, Penguatan Dakwah Santun Di Bumi Melayu” di Pesantren An Nikmah Dapur 12 Batam, Rabu (31/4).

“Untuk itu, akar budaya dan kearifan lokal perlu diperdalam lagi, untuk mencari titik temu antara nilai-nilai Islam dan asing. Agar nilai-nilai Islam tetap memasyarakat, dan tidak tergeser dengan nilai-nilai asing yang tidak sejalan dengan kearifan lokal,” kata Rizaldy.

Kearifan lokal menurutnya, adalah sebuah kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu daerah, yang memiliki kandungan nilai kehidupan yang tinggi dan layak terus digali, dikembangkan, serta dilestarikan sebagai antitesa atau perubahan sosial budaya dan modernisasi.

PENYERAHAN-PLAKAT
Penyerahan piagam plakat narasumber dari FPP Kepri kepada MUI Kepri

Rizaldy berharap dengan kearifan lokal yang Kepulauan Riau miliki saat ini bisa menjadikan modal bagi para pendakwah untuk melakukan dakwah yang santun di Kepri sebagai Bumi Melayu.

“Islam masuk ke dataran Indonesia dengan damai. Islam yang kala itu dibawa oleh para pedagang dari India dan Gujarat memberikan warna baru bagi tatanan sosial kemasyarakatan Indonesia. Walaupun dominasi agama, pada saat itu adalah Hindu dan Budha, namun metode dakwah yang santun dengan tidak asal “nabrak” menjadikan Islam mudah diterima bagi masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Dalam penyebaran Islam di Indonesia, katanya,  Wali Songgo merupakan ulama-ulama tanah jawa, yang berjuang menyebarkan agama Islam di nusantara. Dengan dakwah yang santun dan lembut, bahkan mengkolaborasikan dengan budaya jawa maka Islam berkembang pesat.

Para ahli sependapat Islam masuk ke Indonesia tidak melalui cara-cara kekerasan dan lain sebagainya, melainkan dengan cara yang sangat damai. Para ahli juga tampaknya sependapat bahwa pendekatan dakwah yang dilakukan para dai yang datang dari Jazirah Arab, khususnya dari Hadhra maut, adalah pendekatan kultural. Sehingga, masyarakat khususnya di tanah Jawa tidak merasa terusik sedikit pun dalam masalah sosial budaya.

Kegiatan seminar keagamaan ini dihadiri oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kepri, Tgk. Azhari Abbas, Pimpinan Pesantren An Nimkah Dapur 12, Ust. Zain Zainudin, dan Kabid Pendidikan Agama Drs. Lukman yang menjadi narasumber dalam acara tersebut. (Abidin)

Ruangan komen telah ditutup.